Politik Common Sense

Dalam salah satu pernyataannya, Presiden SBY sempat melontarkan harapan agar Indonesia pasca Pilpres 2009 dapat segera memasuki era politik common sense (akal sehat). Pernyataan tersebut menimbulkan berbagai macam spekulasi mengenai apa sebenarnya yang dimaksudkan dan diinginkan oleh Presiden.

Munculnya spekulasi itu tidak terlepas dari kekurangjelasan makna common sense yang dilontarkan oleh Presiden SBY. Di sisi lain, politik akal sehat juga bukan hal yang sama sekali baru, sebab sebelumnya Dr. Sjahrir telah menggunakannya sebagai motto pada Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang beliau pimpin.

Dr. Sjahrir dalam bukunya yang berjudul Transisi Menuju Indonesia Baru memaknai politik akal sehat sebagai budaya pendidikan politik yang mengajarkan rakyat tentang hak-haknya sebagai warga negara, serta politik yang mengelola perbedaan dan bukan memaksakan persamaan. Tidak jelas benar apakah yang dimaksud oleh SBY sama dengan konsep yang dimiliki oleh Dr. Sjahrir atau tidak.

Di Indonesia, term common sense memang biasa digunakan dalam pengertian yang sama dengan akal sehat. Namun dalam ranah filsafat, common sense merupakan salah satu teori epistemologi yang maknanya lebih luas dari sekedar term “akal sehat”. G. E Moore (1873-1958), salah seorang filsuf yang banyak membahas tentang epistemologi, memaknai common sense sebagai suatu kemampuan terpadu antara aktivitas penginderaan dengan aktivitas kesadaran tentang objek benda material secara langsung (Mintaredja, 2003). Kemampuan ini selanjutnya akan menghasilkan keyakinan yang sifatnya universal, sehingga dalam batas-batas tertentu common sense memiliki pengertian yang hampir sama dengan kesepakatan bersama tentang pendapat yang sifatnya umum (consensus of common opinion).

Setidaknya apa yang dimaksudkan oleh Presiden SBY sejalan dengan konsep tersebut, walaupun sebenarnya tidak sampai serumit itu. Politik common sense dimaknai sebagai sebuah proses politik yang dipenuhi dengan hal-hal yang logis dan bisa dinalar secara sederhana oleh “subjek sadar” secara luas dan umum, dalam hal ini masyarakat.

Jika ini benar, maka rasanya tidak salah jika ada yang beropini bahwa ajakan dari Presiden SBY untuk berpolitik akal sehat merupakan sebuah sindiran kepada kubu Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto yang menentang hasil Pilpres 2009 serta meminta dilaksanakannya Pemilu ulang. Tuntutan kedua kubu dianggap sulit diterima nalar dan bukan hal yang logis ditengah kesulitan hidup yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia. Namun akhirnya penilaian logis atau tidak logis sangat tergantung dari hasil common sense masyarakat secara umum, bukan hanya oleh elite politik saja.

Terlepas dari itu semua, harapan dan ajakan untuk menerapkan politik common sense memang merupakan hal menarik yang baik untuk diperhatikan, mengingat selama ini politik di Indonesia hanya dipenuhi oleh aksi perebutan kekuasaan semata yang sering kali sulit diterima nalar. Kita tentunya sudah jenuh dengan janji-janji elite politik yang membuaikan hati tanpa diiringi realisasi, tuntutan kenaikan gaji tanpa diimbangi dengan prestasi, perburuan jabatan tanpa dibarengi pengabdian, atau perundang-undangan yang menguntungkan pemilik modal besar namun menyengsarakan rakyat kecil. Untuk dapat terlepas dari krisis multidimensional, Indonesia harus mampu membersihkan diri dari itu semua. Maju terus bangsa Indonesia!

Leave a comment