Cermat Memilih Pemimpin

Beberapa hari lagi Bangsa Indonesia akan memilih dan menentukan pemimpinnya untuk lima tahun ke depan. Pilihan sudah ada, tinggal bagaimana kita mempertimbangkannya secara sadar dan cermat untuk selanjutnya memilih salah satu di antara mereka.

Untuk bisa menentukan pilihan ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Keputusan begitu sulit diambil, sebab pada dasarnya memang visi-misi dan program yang dibawakan oleh setiap calon Presiden-Wapres memiliki satu kesamaan tujuan, yaitu kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Niat dan tujuan yang sama bukan berarti harus dicapai dengan cara yang sama pula. Bahkan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan biasanya sangat ditentukan oleh cara yang digunakan. Begitu juga dengan para Capres-Cawapres. Walaupun pada intinya mereka memiliki satu niat yang sama, yaitu untuk kebaikan rakyat dan negara, tetapi rencana program kerja yang ditawarkan belum tentu mampu menghasilkan kebaikan tersebut. Untuk itu, rakyat harus benar-benar cermat dan otonom dalam memilih salah satu Capres-Cawapres, sesuai dengan pemikiran dan hati nuraninya masing-masing.

Sejak tanggal 10 Juni kemarin sampai 4 Juli mendatang, setiap pasangan Capres-Cawapres diberi hak untuk melaksanakan kampanye secara terbuka. Bahkan beberapa hari yang lalu telah diselenggarakan acara debat Capres dan debat Cawapres yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi. Kita harus benar-benar memanfaatkan masa kampanye terbuka ini untuk mengetahui dan mempelajari program apa saja yang dibawakan oleh para calon, serta kredibilitas dan kemampuan mereka dalam mengartikulasikan pendapat. Tentunya semua itu dapat dijadikan dasar pertimbangan kita dalam memilih.

Penulis memiliki beberapa usulan yang mungkin dapat digunakan untuk membantu menentukan pilihan. Pertama, pilihlah calon yang menawarkan program yang langsung menyentuh dan menjawab permasalahan utama negara kita. Untuk ini sebelumnya kita perlu menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi masalah utama negara kita, tentunya sesuai dengan pendapat pribadi kita masing-masing. Misalnya kita berpikir bahwa Indonesia sulit maju karena kebodohan dan kebrobokan mental masyarakatnya. Dengan demikian, kita akan memilih calon Presiden-Wapres yang memiliki program utama pengentasan kebodohan dan perbaikan sistem pendidikan. Inilah yang penulis maksud dengan otonom dalam menentukan pilihan.

Kedua, hindari memilih calon yang tidak santun dalam berkampanye dan terlalu sibuk mencari-cari kesalahan calon lainnya. Sejarah pernah mencatat bahwa ada gaya debat yang dinamakan dengan reductio ad absorbdum, biasa dilakukan oleh Plotinos, seorang filsuf dari abad ke-2. Teknik tersebut pada intinya berusaha meyakinkan orang tidak dengan cara menunjukkan keunggulan konsepnya sendiri, tetapi mengandaikan konsep-konsep lain dan kemudian “membantainya” habis-habisan dengan cara mencari-cari kekurangannya, sehingga pada akhirnya akan muncul sugesti bahwa pendapat dirinyalah yang paling benar. Dalam konteks kampanye Pilpres, cara ini sungguh tidak mulia. Bisa jadi calon yang menggunakan cara itu putus asa karena tidak memiliki program yang unggul. Selain itu, calon yang seperti itu berarti tidak memiliki mental bertanding dan kepribadian yang baik, sebab terlalu takut jika sampai dikalahkan oleh calon lain.

Ketiga, sebaiknya kita juga mempertimbangkan rekam jejak para calon, bagaimana kualitas kerja yang dulu pernah mereka capai. Ini penting untuk memperkirakan kemampuan dan kredibilitas mereka dalam menjalankan pemerintahan ke depan, yaitu melalui masa lalu yang pernah mereka jalani. Capres-Cawapres tahun ini semuanya sudah tidak asing lagi bagi kita. Ada yang sebelumnya pernah menjadi presiden, wakil presiden, menteri, atau petinggi militer. Kondisi tersebut cukup menguntungkan bagi kita dalam mencermati rekam jejak mereka.

Memilih pemimpin bangsa tidak boleh dilakukan hanya dengan “menghitung kancing baju” (asal-asalan) saja, akan tetapi harus melalui pertimbangan yang sangat matang. Ini penting agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari. Kita semua tentunya berharap supaya Pilpres tahun ini dapat menghasilkan pemimpin berkualitas yang mampu membawa negara kita ke arah yang lebih baik. Semoga!

****

Telah dimuat di rubrik Suara Mahasiswa, Koran Sindo, Sabtu 4 Juli 2009

Leave a comment