Koalisi Kartu Remi

Menjelang Pilpres, setiap Parpol semakin giat dalam menyusun strategi dan melakukan komunikasi politik. Koalisi pun dibentuk, namun arah yang dituju terkesan hanya demi meraih tampuk kekuasaan semata.

Kesan tersebut tampak pada peta koalisi yang tidak jelas dan sulit ditebak, dimana dasar atau landasan parpol dalam membentuk koalisi terkadang begitu absurd dan kurang masuk akal. Yang dahulu kawan, bisa menjadi lawan, dan begitu juga sebaliknya. Hal pertama dan yang paling utama dalam koalisi mereka adalah memenuhi syarat minimal untuk mengajukan Capres-Cawapres serta mencari dukungan dan loyalitas sebesar-besarnya dari massa. Mengorbankan idealisme partai demi bisa berkoalisi dengan partai tertentu akhirnya menjadi hal yang wajar untuk dilakukan.

Koalisi pada dasarnya merupakan suatu praxis dari sistem demokrasi, dimana demokrasi itu sendiri memiliki tujuan dasar mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, koalisi pada prakteknya harus selalu berkiblat kepada tujuan tersebut. Jika tidak, maka dapat dikatakan koalisi yang terbentuk telah salah kaprah dan keluar dari jalurnya. Misalnya adalah koalisi yang hanya berdasarkan pada pertimbangan jumlah kursi dan kekuatan partai saja. Koalisi ini sudah dapat dipastikan tidak akan pernah bisa bertahan lama, dan biasanya akan membuat kondisi pemerintahan dan politik menjadi tidak stabil. Pada tataran selanjutnya, kesejahteraan rakyat sebagai cita-cita demokrasi akan semakin sulit untuk diwujudkan.

Nampaknya koalisi yang demikian sedang terjadi sekarang ini, yaitu terbentuk hanya berdasar pada kepentingan parpol jangka pendek saja. Layaknya permainan kartu remi, segala strategi dijalankan dengan penuh perhitungan pragmatis. Segala sesuatu bisa berubah sesuai dengan keadaan, sesuai “kartu” yang didapatkan, tidak terlalu perduli dengan idealisme yang dimiliki. Yang dikejar hanya satu, yaitu kemenangan yang berlanjut pada pengakuan dari yang lainnya. Koalisi lebih tampak sebagai permainan dalam memperebutkan kekuasaan dan kepuasan pribadi atau golongan, bukan sebagai sebuah kerja sama yang dibangun atas dasar perjuangan dalam membela kepentingan bangsa dan negara.

Fenomena tersebut hanya akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap rakyat dan sangat tidak baik bagi pendidikan politik kita. Rakyat akan semakin sengsara karena stabilitas nasional yang buruk, dan politik akan semakin kehilangan maknanya akibat terlalu pragmatis. Kemenangan yang diperoleh melalui “koalisi kartu remi” itu juga tidak akan membawa kemajuan apa-apa bagi negara, sebab tidak didasari atas keikhlasan, lebih karena ambisi untuk menang dan berkuasa.

Negara ini sudah cukup lama mengalami krisis kepemimpinan, dan demikian pada Pilpres nanti sangat diharapkan akan diperoleh pemimpin yang berkompeten dan berkomitmen tinggi. Selain itu, agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil dan tidak sewenang-wenang, maka parlemen sebagai pelaksana fungsi kontrol juga harus pro rakyat dan tidak mudah disuap. Para elite politik harus segera sadar bahwa semua harapan itu tidak akan pernah bisa terwujud selama “koalisi kartu remi” masih terus “dimainkan”.

Leave a comment